Selasa, 31 Maret 2009

FIQH PERIORITAS

KAJIAN ISLAM KONTEMPORER

Oleh : Ust. Ikhsan
Bag 1
Pada sesi pertama ini dimulai dengan membaca surat As-Saffat ayat 37 yang berisi tentang Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim adalah bapak para Nabi, ketika Nabi Ibrahim berusia sekitar 9 tahun (Ghulam) menjelang baligh, beliau sudah menampakkan kekhanifannya dengan parameter bahwa nabi Ibrahim pada umur itu sudah menyeru di Jalan Allah, Beliau menyeru agar ummat disekitarnya menyembah Allah dengan mengkapak berhala-berhala yang dijadikan penduduk di daerah itu dalam berbuat kesyirikan. Nabi Ibrahim juga mendapat julukan Khalidullah yaitu orang yang dekat dengan Allah.
Sejarah nabi Ibrahim dumulai dengan pernikahannya dengan sarah yang tidak diberikan ketu runan kemudian nabi Ibrahim menikah lagi dengan hajar meskipun pada waktu itu Nabi Ibrahim sudah berumur tua tetapi nabi Ibrahim masih berkeinginan mempunyai anak, dengan doa beliau Rabbidzidni milladunka minassholihin kemudian Allah mengabulkan doa nabi Ibrahim tersebut. Nabi Ibrahim dikaruniai seorang anak yang bernama Ismail. ketika Ismail telah cukup dewasa nabi Ibrahim di uji keimanannya oleh Allah, melalui mimpi beliau beliau diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya yaitu Ismail, kemudian diceritakan mimpi itu kepada ismail, lelu ismail menyerukan kepada bapaknya untuk melaksankan perintah tersebut.
Akhirnya Allah mengganti Ismail dengan domba.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang skala perioritas, pilihan mana yang seharusnya kita ambil, perintah Allah atau rasa cinta kita yang mendalam kepada anak. Ketika itu Nabi Ibrahim berhasil membuktikan bahwa cinta ia kepada Allah sangat besar dan ia telah membuktikan juga bahwa ia mencitai anaknya itu karena Allah.
Orang yang sombong adalah orang yang tidak pernah berdoa. Sedangkan orang yang halm adalah orang yang bijak dan sabara (halim)
Kita juga belajar mengenai perang mut’ah yaitu perang antara 30.000 kaum muslimin dengan 200.000 musuh. Ketika itu Nabi Muhammad menunjuk 3 orang panglima perang mengemban komando secara bergantian, bila komando sebelumnya gugur maka akan digantikan oleh yang berikutnya. Mereka adalah Zaid bin Haritsah, Ja’far Bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawanah. Dan ketiga panglima tersebut gugur dalam berperang tapi kaum muslimin tetap memenangkan perang tersebut.
Penjelasan selanjutanya adalah tentang fiqh perioritas, beliau menjelaskan bahwa dalam Islam ada hal-hal yang harus dilakukan karena alasan yang lebih dari pada yang lain.

Resume KIK Bulan Februari 2009

Tidak ada komentar: