Selasa, 30 Desember 2008

ORANG YANG MENJADI PENOLONG AGAMA ALLAH

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (manusia) kepada Allah, mengerjakan amal shalih, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (Qs. Fushilat: 33).
Menjadi penolong agama Allah merupakan profesi yang sangat mulia. Menjadi penolong agama Allah artinya kita menegakkan Islam di muka bumi ini. Menegakkannya dalam jiwa kita, dalam diri kita, dalam keluarga kita, dalam lingkungan kerja kita, dalam masyarakat kita, dalam kehidupan berbangsa kita. Bahkan juga menegakkannya dalam urusan-urusan kecil keseharian kita. Bukankah makan dengan tangan kanan adalah tuntunan agama Islam? Bukankah tersenyum kepada saudara seiman adalah ajakan agama kita? Bukankah menghormati yang lebih tua merupakan ajaran agama Allah? Bukankah berbakti dan mendo’akan ayah dan ibu kita adalah seruan agama Allah? Bukankah membaca do’a sebelum masuk kamar kecil anjuran agama Allah? Tentu. Semua menjadi bukti bahwa tak ada yang disebut perkara remeh dalam Islam, meskipun perkara itu kecil.
Menolong agama Allah sama artinya dengan mewarisi tugas mulia para Rasul. Meneruskan perjuangannya untuk menegakkan yang hak diatas yang batil serta berusaha untuk menghilangkan rasa kufur kepada Allah SWT. Setelah Rasulullah wafat, tugas menolong agama Allah menjadi tanggung jawab generasi seterusnya. Ibarat mata rantai, para penolong agama Allah menjadi penjaga terpeliharanya kejayaan agama itu. Karenanya, di zaman kapan pun seorang muslim lahir dan hidup, maka ia menjadi penanggung jawab bagi tegaknya agama Allah pada zamannya itu. Dan, kini, di zaman ini, adalah tugas kita yang hidup saat ini untuk menjadi penolong agama Allah.
Menolong agama Allah bisa menjadi penghalang dari azab Allah. Dalam Al-Qur’an, dengan tegas Allah SWT menyatakan, bahwa salah satu yang menghalangi-Nya untuk mengazab sebuah kaum, adalah bila mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan (mushlihun).
Lalu, bagaimana caranya menjadi penolong agama Allah? Mudah. Tinggal sejauh mana kesiapan kita untuk mau dan mampu menjadi penolong agama Allah. 
Hal ini bisa dilakukan dengan menjadi kader inti bagi sebuah perjuangan da‘wah. Orang-orang seperti ini secara tulus membina diri mereka lalu menyerahkan diri sepenuh hati untuk menolong dan menegakkan agama Allah. Yang paling menonjol dari karakter penolong inti adalah, mereka melakukan transaksi hidup dan perjuangannya dengan Allah, meski secara amal ia berjuang bersama saudara-saudaranya seaqidah. 
Dalam catatan perjuangan Rasulullah, banyak contoh kader dan penolong inti tersebut. Betapa banyak penghargaan-penghargaan terhormat yang diberikan Allah kepada para kader inti itu, yang diabadikan dalam Al-Qur’an. 
Hal lain yang dilakukan adalah dengan mendukung atau paling tidak memberi simpatisan dalam perjuangan Islam, menolong agama Allah tapi keterikatan dirinya masih dibawah para penolong inti, atau kader inti di atas. Dalam sejarah perjuangan Rasulullah, banyak juga orang yang menerima Islam dan mendukung perjuangan Rasulullah, meski kelasnya tidak sehebat para kader inti. 
Jelaslah sudah. Untuk menjadi penolong agama Allah bisa dilakukan siapa saja meski dalam pilihan yang berbeda. Perbedaan itu bukan kasta-kasta, tapi sunnatullah. Karena tabiat manusia sendiri berbeda-beda, kemampuan-nya pun berbeda pula. Ada yang layak menjadi kader inti, ada yang cukup baik menjadi pendukung, ada pula yang bisanya menjadi simpatisan.
Selain itu, tuntunan amal da‘wah pun berbeda-beda. Kadang membutuhkan ketajaman lisan, kadang membutuhkan berjuta uang, membutuhkan tenaga dan pikiran, membutuhkan waktu, tapi kadang juga membutuhkan keberanian untuk mati di jalan agama ini, atau membutuhkan banyak lagi pengorbanan besar lainnya. 
Alasan lain, tantangan amal da’wah berbeda-beda. Lain tempat lain tantangannya. Lain kondisi lain halangannya. Lain zaman lain pula rintangannya.
Seruan untuk menjadi penolong agama Al-lah itu telah lama berkumandang, karenanya, setiap muslim, setiap da’i, setiap organisasi da’wah, harus mengelola diri sendiri dan juga umat ini dengan baik. Agar lahir penolong-penolong agama Allah yang handal, tulus, dan punya semangat kerja tinggi. Jangan biarkan agama ini kehilangan penolong. Jangan biarkan da’wah ini kehabisan kader.
Kian hari seruan itu kian bergema. Maka sambutlah, dan jadilah kader, pendukung, atau simpatisan da’wah. Dan, jangan jadi pengkhianat dan penghancur agama Allah.

Ditulis dar berbagai sumber dengan perubahan secukupnya

1 komentar:

Awan mengatakan...

Assalamu'alaikum wr, Wb,
Alhamdulillah, ulasan anda menambah pengertian saya tentang apa itu dan bagaimana menolong agama Allah.
Hal ini memberikan semangat kepercayaan diri, mengapa saya tidak bisa kalau dimulai dari yang mudah dan bisa dikerjakan dahulu.
Salam Kenal.
Saya Awan Hastoananto Email Address: Awan.Hastoananto@total.com dan hastoananto.awan@yahoo.co.id