Minggu, 31 Mei 2009

MENUJU GERAKAN PEMUDA YANG SINERGIS

Telah kita ketahui bersama bahwa dalam penentu dan pengawal dinamisasi bangsa tidak terlepas dari pemuda. Pemuda sebagai ujung tombak bangsa yang akan menjadi penerus perjuangan untuk mencapai pembaharuan. Terlepas dari kontroversi bahwa tanggal 20 Mei 1908 apakah suatu waktu yang tepat dalam mengindikasikan kebangkitan nasional maka sudah sepantasnya hal ini disikapi dengan baik bahwa peringatan ini kita jadikan sebagai momentum dimana momentum disini adalah keadaan 1 derajar celcius yang bisa membuat air yang bersuhu 99 derajat celcius berubah menjadi air yang mendidih dan merubah wujud menjadi uap. Maka timbul suatu pertanyaan apakan kita sudah menyikapi momentum peringatan kebangkitan nasional dengan baik dan sesuai dalam setiap keadaan yang seharusnya bisa menjadi titik tolak dalam kebangkitan ini. Apalagi sebagai pemuda yang seharusnya mampu melakukan pergerakan.
Kita melihat fenomena pemuda sekarang yang lebih suka mengikuti kesukaan atau selera mereka yang dalam hal ini adalah selera negative. Sering mengikuti konser musik dan larut dalam goyangan dan suara merdu penyanyi, atau mereka terlelap dengan kegiatan atau aktivitas lain yang tidak membawa manfaat atau bahkan banyak yang tidak tahu ia harus melakukan apa sehingga tidak meningkatkan produktifitasnya sebagai pemuda. Hal semacam ini tentunya akan berdampak pada akselerasi dari kamunitas tempat pemuda tersebut yang dalam hal ini komunitas dapat digeneralisasikan sebagai bangsa Indonesia.
Tidak pernah terbayang pada benak bahwa bangsa yang sudah merasakan nikmatnya kemerdekaan begitu lamanya masih tidak dapat berfikir visi kedepan. Timbulnya rasa apatisme dan hedonisme seakan-akan sudah menjadi kewajaran dalam kehidupan. Meskipun secara tidak sadar, faham inipun dianut mentah-mentah oleh kaum pelajar mahasiswa sampai penguasa yang saat ini duduk di pemerintahan, mereka mulai mementingkan kepentingan pribadi dan golongan mereka dari pada kepentingan bangsa dan membangun visi bersama. Pemuda zaman sekarang terjebak dalam situasi ini. Berangkat dari sinilah maka bangsa Indonesia ini tidak akan bisa membuat gerakan yang massive.
Oleh karena itulah hal ini perlu disikapi dengan baik. Setidaknya sebelum mulai melakukan pergerakan ada hal-hal yang herus terpenuhi terlebih dahulu. Pertama adalah pemuda sebagai kader bangsa haruslah memenuhi criteria yaitu intelektual yang tinggi, semangat yang membara dan fisik yang kuat. Kedua adalah penyamaan visi. Disini haruslah kita melakukan pengkajian bersama atas isu yang berkembang, kemudian dari sini akan muncul visi yang akan diusung dengan berlatar belakang ketidakpuasan atas isu tersebut. Dan yang ketiga adalah penyatuan elemen. Seperti yang kita ketahui, gerakan separatism tidak akan bisa memperoleh harapan yang jelas. Oleh karena itu dibutuhkan sinergisitas oleh tiap elemen.
Dari ketiga syarat tersebut diatas bukanlah tugas yang mudah untuk dicapai. Tapi bukan juga sebuah tugas yang rumit untuk dikerjakan. Ketika ketiga criteria tersebut sudah ada maka gerakan yang massive akan terbentuk.

Oleh: Fikih Fiddin A
Peserta PPSDMS NF Regional 4 Surabaya
Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro FTI ITS

Tidak ada komentar: