Minggu, 31 Mei 2009

TRAINING PENGEMBANGAN DIRI (Emotionally Intellegent Leaders)

Dalam sesi yang tergabung dalam LATGAB ini ustad Arief Munandar memberikan penjelasan tentang Emotionally Intellegent Leaders lanjutan bulan lalu.
Dalam teori kepemimpinan sebenarnya tidak ada gaya yang paling baik untuk diterapkan, hanya saja tepat atau tidak dalam menerapkan gaya tersebut. Yang menjadi penentu dalam penerapan gaya adalah waktu, kondisi dan sasaran. Secara garis besar hal ini dapat diterapkan pada 5W + 1H dimana Why menyatakan mengapa harus menggunakan gaya ini dan itu, Who menyatakan kepada siapa gaya tersebut cocok untuk diterapkan, where menyatakan dimana gaya tersebut tepat untuk digunakan, when menyatakan kappa gaya tersebut layak dan how menyatakan bagaimana penerapan gaya tersebut yang benar.
Dalam hal kepemimpinan tentunya harus memiliki visi yang jelas. Dan dalam melakukan visi pastikan bahwa pemimpin memiliki komunikasi yang baik, sehingga pesan-pesan yang ada dapat dikomunikasikan dengan baik dan tersampaikan. Pengungkapan visi dapat menggunakan metode tergantung pada kondisi dan kebutuhan saat itu. Esensi dari komunikasi adalah apa yang didengar oleh orang lain bukan apa yang disampaikan. Tidak ada istilah audience salah tangkap, yang ada adalah pembicara salah dalam menyampaikan.
Domain dalam ketrampilan adalah intrapersonal dan interpersonal. Dalam intrapersonal skills dapat diartikan sebagai ketrampilan terhadap dirinya sendiri yaitu ketrampilan berdamai dan menjalin hubungan dengan diri sendiri, sedangkan intrpersonal skills adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain dan lingkungan.
Ketrampilan atau yang lebih sering disebut sebagai skills bersifat learnable bukan teachable. Dimana proses learnable membutuhkan exercise dan train. Intrapersonal skill adalah sebagai modal dalam membangun interpersonal skills. Hal ini bisa dikatakan bahwa ketika seseorang belum selesai dengan masalahnya maka kemampuan dia tidak akan berkembang secara maksimal. Body dan mindnya tidak bisa digunakan secara optimal dalam membangun interpersonal skills.
Membangun interpersonal relation skills melalui mengatur aturan pribadi (individual rules). Yang menentukan sakit dan nikmatnya suatu keadaan bukan stimulus yang masuk tetapi individual rules. Stimulus hanya bersifat merangsang tubuh dan yang akan mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang menyenangkan atau menyakitkan adalah individual rules.
Rules adalah believe dan dianggap benar oleh pikiran dan tubuh kita dan akan menghasilkan respon yang berbentuk prilaku. Kita dapat mengubah rasa tidak enak menjadikan sesuatu yang menyenangkan dengan menejemen rules ini. Sebagai contoh sebuah kritikan bagi seseorang mungkin merupakan rules yang negative tetapi kita dapat mengubah bahwa kritikan adalah rule positif yang bersifat membangun.
Dalam kesuksesan dikenal dengan istilah kompetensi dan kontribusi bukan jabatan, sebab jika orientasi kesuksesan adalah jabatan maka seseorang akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuan yang berupa jabatan itu. Jabatan haruslah dimaknai sebagai efek samping dari kesuksesan dan parameter yang seharusnya dapat diukur adalah kompetensi dan kontribusi, sehingga seseorang akan berlomba-lomba dalam meningkatkan kompetensinya dan memperbanyak kontribusinya.
Setiap organisasi yang besar haruslah mempunyai standart yang jelas dan tinggi. Sindrom we are unix and different mengajarkan agar kita tidak meniru orang lain.

Tidak ada komentar: